Minggu, 14 Desember 2014

Gendruwo


Gendruwo merupakan salah satu makhluk halus yang konon banyak dijumpai di Pulau Jawa, salah satunya di daerah Candi Mulyo, Kabupaten Boyolali. Genderuwa (dalam pengucapan Bahasa Jawa: "Genderuwo") adalah mitos Jawa tentang sejenis bangsa jin atau makhluk halus yang berwujud manusia mirip kera bertubuh besar dan kekar dengan warna kulit hitam kemerahan, tubuhnya ditutupi rambut lebat yang tumbuh di sekujur tubuh. Orang Sunda menyebutnya "gandaruwo" dan orang Jawa umumnya menyebutnya "gendruwo".
Tempat tinggal gendruwo adalah batu berair, bangunan tua, pohon besar yang teduh atau sudut-sudut yang lembap sepi dan gelap. Menurut mitos, pusat domisili makhluk ini dipercaya berada di daerah hutan seperti Hutan Jati Cagar Alam Danalaya, kecamatan Slogohimo, sekitar 60 km di sebelah timur Wonogiri, dan di wilayah Lemah Putih, Purwosari, Girimulyo di Kulon Progo, sekitar 60 km ke barat Yogyakarta.
Istilah genderuwa yang diduga berasal dari bahasa Kawi gandharwa yang berakar dari bahasa Sanskerta gandharva. Gandharwa dalam kepercayaan Hindu dan Buddha (yang merupakan kepercayaan dominan di zaman kerajaan Hindu Buddha di nusantara) digambarkan sebagai makhluk berwujud manusia berjenis kelamin pria yang tinggal di khayangan.
Dalam mitos Persia, gandarewa adalah siluman air Persia yang terus-menerus mencoba untuk memakan hal-hal baik yang tercipta dalam mitos penciptaan Persia dan akhirnya akan dikalahkan oleh pahlawan Keresaspa.
Gendruwo dipercaya dapat berkomunikasi dan melakukan kontak langsung dengan manusia. Berbagai legenda menyebutkan bahwa gendruwo dapat mengubah penampakan dirinya mengikuti wujud fisik seorang manusia untuk menggoda sesama manusia.
Kegemaran gendruwo yaiutu menggoda manusia terutama kaum perempuan dan anak-anak. Gendruwo kadang senang menepuk pantat perempuan, mengelus tubuh perempuan ketika sedang tidur, bahkan sampai memindahkan pakaian dalam perempuan ke orang lain, bahkan gendruwo bisa sampai melakukan hubungan seksual dengan perempuan yang disukai.
Dipercaya bahwa benih gendruwo dapat menyebabkan seorang wanita menjadi hamil dan memiliki keturunan dari gendruwo. Menurut legenda, gendruwo memiliki kemampuan gendam untuk menarik wanita agar mau bersetubuh dengannya.
Namun biasanya wanita korban yang disetubuhi oleh gendruwo tidak akan sadar sedang bersetubuh dengan gendruwo karena gendruwo akan menyamar sebagai suami atau kekasih korban dalam melakukan hubungan seks.
Ada legenda menyatakan gendruwo kadang senang bersemayam di dalam rahim perempuan. Perempuan yang rahimnya disemayami oleh gendruwo akan memiliki gairah seks yang tinggi.
Dalam kepercayaan Jawa, tidak semua gendruwo bersifat jahat, ada pula gendruwo yang bersifat baik. Gendruwo yang bersifat baik ini biasanya menampakkan wujudnya sebagai seorang kakek tua berjubah putih yang kelihatan amat berwibawa. Gendruwo yang baik tidak bersifat jahat seperti saudara sebangsanya. Gendruwo yang baik seringkali membantu manusia seperti menjaga tempat gaib atau rumah dari orang yang berniat tidak baik, bahkan perampok. Ada juga kabar bahwa gendruwo yang bersifat baik kadang-kadang membantu menyunat anak-anak dari keluarga tidak mampu yang saleh beribadah.
Asal-usul gendruwo dipercaya berasal dari arwah orang yang meninggal secara tidak sempurna, bisa akibat bunuh diri, penguburan yang tidak sempurna ataupun kecelakaan sehingga arwah orang tersebut merasa penasaran dan belum mau menerima kematiannya. Gendruwo tidak dapat dilihat oleh orang biasa tapi pada saat tertentu dia dapat menampakkan dirinya bila merasa terganggu.
Salah satu cara memanggil gendruwo adalah dengan membakar sate gagak.
Burung gagak adalah makanan kesukaan dan binatang peliharaan gendruwo. Untuk melakukan ritual ini, subjek yang ingin bertemu dengan gendruwo harus mengikuti tata cara khusus untuk membuat sate gagak.
Tata cara tersebut umumnya digambarkan sebagai berikut: setelah berhasil menangkap burung gagak, burung gagak tersebut disembelih dengan pisau yang sangat tajam.
Alasannya, ketajaman mata pisau akan memengaruhi lancar tidaknya darah yang mengalir keluar dari bekas luka yang ditimbulkan, berikutnya adalah mencabuti bulu-bulu hitam gagak yang kasar sampai benar-benar bersih. Selanjutnya, daging yang sudah bersih ditelikung seperti halnya kalau membuat ingkung ayam. Baru kemudian bisa dibakar di atas perapian.
Hal terpenting dari ritual ini dipercaya adalah pengucapan rapalan mantra khusus agar gendruwo selain mencium bau makanannya juga dapat mendengar panggilan. Mantra pemanggil gendruwo diyakini hanya dimiliki orang-orang tertentu dan tidak sembarang diberitahukan.
Ritual mengundang gendruwo yang lengkap dengan segala sejajinya banyak dilakukan orang, terutama yang berkepercayaan tradisional di pulau Jawa. Hal ini berkaitan dengan maraknya judi togel yang dahulu dikenal dengan istilah "nomor buntut" atau "nomor jitu".

Gendruwo akan keluar dari sarang mereka setelah mendengar rapalan mantra berikut bau daging gosong gagak terpanggang, praktisi harus secepatnya meminta apa yang mereka inginkan sebelum gendruwo mencuri atau memakan umpan sate burung gagak sebelum mengucapkan permintaan. Sebab, jika gendruwo telah kenyang akan segera menghilang pergi tanpa mau memberikan jawaban yang diinginkan pemanggilnya.



sumber : 
https://www.google.com/search?q=gambar+genderuwo&biw=1366&bih=624&tbm=isch&imgil=OWjp6E1CsJAsUM%253A%253B-gb_kNUJ1CoFtM%253Bhttp%25253A%25252F%25252Fid.wikipedia.org%25252Fwiki%25252FGenderuwa&source=iu&pf=m&fir=OWjp6E1CsJAsUM%253A%252C-gb_kNUJ1CoFtM%252C_&usg=__6JEWaGgYZwHZJ1EgrbHNtMvC_Fw%3D&ved=0CDcQyjc&ei=fnqNVOd_jrS5BPn0gtgG

Tidak ada komentar:

Posting Komentar